PERIODE
KLASIK SEJARAH ISLAM
|
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul
“PERIODE
KLASIK SEJARAH ISLAM”
Makalah ini berisikan tentang informasi tentang Fase Ekspansi, Integrasi (650-1000), yang terbagi atsa sub Khilaf Rasyidah, Khilafa Bani Umayyah, Khilafah Bani Abbas. Fase Disintegrasi (1000-1250), Dinasti-Dinasti yang Memerdekakan Diri dari Baghdad, Perebutan Kekuasaan di Pusat Pemerintahan, Perang Salib, Sebab-Sebab Kemunduran Pemerintah Bani Abbas
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Polewali,
05 April 2015
Kelompok
1
Daftar Isi
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar
Belakang 1
B. Rumusan
Masalah 1
C. Tujuan
1
BAB II PEMBAHASAN 2
A.
Fase Ekspansi,
Integrasi (650-1000) 2
1.
Khilaf Rasyidah 2
2.
Khilafa Bani
Umayyah 3
3.
Khilafah Bani
Abbas 4
B.
Fase
Disintegrasi (1000-1250) 6
1.
Dinasti-Dinasti
yang Memerdekakan Diri dari Baghdad 6
2.
Perebutan
Kekuasaan di Pusat Pemerintahan 7
3.
Perang Salib 8
4.
Sebab-Sebab
Kemunduran Pemerintah Bani Abbas 9
BAB III PENUTUP 10
A. Kesimpulan 10
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Islam yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW telah
membawa bangsa Arab yang semula terbelakang, bodoh, tidak terkenal dan diabaikan
oleh bangsa-bangsa lain, menjadi bangsa yang maju. Ia dengan cepat bergerak
mengembangkan dunia, membina satu kebudayaan dan peradaban yang sangat penting
artinya dalam sejarah manusia hingga saat ini. Bahkan kemajuan Barat pada
mulanya bersumber dari peradaban Islam yang masuk ke Eropa melalui Spanyol.
H.A.R. Gibb dalam bunkunya Whitter Islam menyatahkan,
“Islam sesungguhnya lebih dari sekedar sebuah agama, ia adalah sebuah peradaban
yang sempurna”.
Sejarah peradaban Islam dibagi menjadi 3
periode klasik, pertengahan dan modern. Pada periode klasik kebudayaan dan
peradaban Islam identic dengan kebudayaan dan peradaban Arab sejalan dengan
dominasi bangsa Arab dalam pemerintahan dan bahasa. Pada periode berikutnya,
mulai terjadi perubahan-perubahan signifikan dengan muncul dan
berkembangnya beberapa pradaban Islam.
Sampai saat ini, tercatat empat kawasan pengaruh kebudayaan Persia, kawasan
pengaruh kebudayaan Turki dan kawasan pengaruh kebudayaan India-Islam yang
selalu menjadi objek kajian ke-Islaman kontemporer.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagimana
perjalanan Islam pada periode klasik?
2.
Bagaimana proses
Islam pada fase ekspansi, Integrasi?
3.
Bagaimana
perjalanan islam pada fase disintegrasi?
C.
Tujuan
Tujuan dari pembutan makalah ini
antaralain sebagai berikut :
1.
Megetahui perjalanan Islam pada periode
klasik
2.
Megetahui proses Islam pada fase
ekspansi, Integrasi
3.
Mengetahui proses perjalanan Islam pada
fase disintegrasi
BAB II
PEMBAHASAN
PERIODE KLASIK
SEJARAH ISLAM
A.
Fase Ekspansi, Integrasi (650-1000)
1.
Khilaf Rasyidah
Setelah Nabi Muhammad
Saw. Abu Bakar terpilih mengantikan Rasulullah sebagai pemimpik poliitik unat
Islam. Abu Bakar disebut Khalifah Rasulillah (Pengganti Rasulullah), beliau
menjadi khalifah selama dua tahun. Masa singkat itu habis untuk menyelesaikan
persoalan dalam negeri terutama tantangan yang ditimbulkan oleh suku-suku
bangsa Arab yang tidak mau tunduk lagi kepada pemerintahan Madinah.
Ketika Abu Bakar sakit dan merasa
ajalnya sudah dekat, ia bermusyawarah dengan parah sahabat, dan kemudian
mengankat Umar sebagai penggantinya dengan maksud untuk mencegah kemungkinan
terjadinya perselisihan dan perpecahan dikalangan umat Islam. Di zaman Umar
gelombang ekspansi ( perluasan daerah kekuasaan) pertama terjadi, ibu kota
Syria, Damaskus, jatuh tahun 635 M dan setahun kemudian, setelah tentara
Banzantium kalah di pertempuran Yarmuk, seluruh daerah Syria jatuh ke bawah
kekuasaan Islam. Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, Umar segera
mengatur administrasi Negara dengan mencontoh administrasi yang sudah
berkembang terutama di Persia. Unruk menjaga keamanan dan ketertiban, jawatan
polisi dibentuk. Demikian pula jawatanpekerjaan umum. Umar juga mendirikan Bait al-Mal, menempa mata uang, dan
menciptakan tahun hijriah.
Umar
memerintah selama sepuluh tahun. Ia wafat dibunuh oleh seorang budak dari
Persia bernama Lu’lu’ah. Sebagai pengantinya menunjuk Usman sebagai khalifah.
Di masa pemerintahan Usman (644-655 M), Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes dan
bagian yang tersisa dari Persia, Transoxania, dan Tabaristan berhasil direbut.
Ekspansi Islam pertama berakhir di sini. Pemerintahan Usman berlangsung selama
12 tahun. Pada paroh terakhir masa khalifannya, muncul perasaan tidak puas dan
kecewa di kalangan umat Islam terhadapnya. Salah satu factor rakyat kwcewa
karena kebijaksanaannya mengankat kelurga kedudukan tinggi.
Setelah Usman wafat,
masyarakat beramai-ramai membaiat Ali bin Abi Thalib sebagai khalifa. Ali
memerintah hanya enam tahun. Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi
berbagai pergolakan. Tidak lama setelah itu, Ali bin Abi Thalib menghadapi
pemberontakan Thalhah, Zubair, dan Aisyah. Alasan mereka, Ali tidak mau
menghukum para pembunuh Usman dan mereka menuntut bela terhadap darah Usman
yang telah ditumpahkan secara zalim. Kedudukan Ali sebagai khalifa kemudian
dijabat oleh anaknya Hasan selama beberapa bulan. Namun, karena Hasan ternyata
lemah, sementara Mu’awiyah semakin kuat, maka Hasan membuat perjanjian damai.
Perjanjian ini dapat mempersatukan umat Islam kembali dalam satu kepemimpinan
polotik, di bawah Mu’awiyah bin Abi Sufyan.
Mulai dari masa Abu
Bakar sampai Ali dinamakan periode Khilafah
Rasyidah. Para khalifanya disebut al-Khulafa’
al-Rasyidum, (khalifah-khalifah yang mendapat petunjuk). Ciri masa ini
adalah para khalifah betul-betul menurut teladan nabi. Mereka dipilih melalui
proses musyawarah, yang dalam istilahnya sekarang disebut demokratis. Setelah
periode ini, pemerintahan Islam berbentuk kerajaan. Kekuasaan diwarisi secara
turun temurun. Selain itu, seorang khalifah pada masa khilafah Rasyidah, tidak
pernah bertindak sendiri ketika Negara menghadapi kedulitan. Merekamselalu
bermusyawarah dengan pembesar-pembesar yang lain. Sedangkan, khalifah-khalifa
sesudahnya sering bertingdak otoriter.
2.
Khilafa Bani Umayyah
Memasuki masa kekuasaan
Muawiyah menjadi awal kekuasaan Bani Umayyah,c pemerintahan yang bersifat
demokratis berubah menjadi monarchiheridetis
(kerajaan turun temurun). Kekhalifahan Muawiyah diperoleh melalui kekerasan,
diplomasi, dan tipu daya, tidak dengan pemilihan atau suara terbanyak.
Kekuasaan Bani Umayyah
berumur 90 tahun. Ibu kota Negara dipindahkan Muawiyah dari Madinah ke
Damaskus, tempat ia berkuasa sebagai gubernur sebelumnya. Khalifah-khalifa
besar dinasti Bani Umayyah ialah Muawiyah bin Abi Sufyan (661-680), Abd
Al-Malik bin Marwan (685-705 M), Al-Walid bin Abdul Malik (705-715 M), Umar bin
Abd al-Aziz (717-720 M), dan Hasyim bin Abd Al-Malik (724-743 M).
Ekspansi ke barat
secara besar-besaran dilanjutkan di zaman Al-Walid bin Abdul Malik. Masa
pemerintahan Walid adalah masa ketenteraman, kemakmuran, dan ketertiban. Umat
Islam merasa hidup bahagia. Dengan keberhasilan ekspansi ke beberapa daerah,
baik di Timur maupun Barat, wilayah kekuasaan Islam masa Bani Umayyah ini
betul-betul sangat luas. Daerah-daerah itu meliputi Spanyol, Afrika Utara,
Syria, Palestina, Jazirah Arabia, Irak, sebagian Asia Kecil, Persia,
Afganistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan, Purkmenia, Uzbek, dan Kirgis
di Asia Tengah.
Meskipun keberhasilan
banyak dicapai dinasti ini, namun tidak berarti bahwa politik dalam negeri
dapat dianggap stabil.ketika Yazid naik tahta, sejumlah tokoh terkemuka di
Madinah tidak mau menyatahkan setia kepadanya. Yazid kemudian mengirim surat
kepada gubernur Madinah, memintanya untuk memaksa penduduk mengambil sumpah
setia kepadanya. Dengan cara ini, semua orang terpaksa tunduk, kecuali Husein
bin Ali dan Abdullah bin Zubair.
Hubungan pemerintah
dengan golongan oposisi membaik pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abd
Al-Aziz. Ketika dinobatkan sebagai Khalifah, dia menyatahkan bahwa memperbaiki
dan meningkatkan negeri yang berbeda dalam wilahya Islam lebih baik daripada
menambah perluasannya. Sepeninggalan Umar bin Abd Al-Aziz, kekuasaan Bani
Umayyah berada di bawah khalifa Yazid bin Abd Al-Malik. Penguasa yang satu ini
terlalu gandrung kepada kemewahan dan kurang memperhatikan kehidupan
rakyat.
Sepeninggalan Hisyam
bin Abd Al-Malik, khalifah-khalifa Bani Umayyah yang tampil bukan hanya lemah
tetapi juga bermoral buruk. Hali ini makin memperkuat golongan oposisi.
Akhirnya pada tahun 750 M, daulat Umayyah digulingkan Bani Abbas yang bersekutu
dengan Abu Muslim Al-Khurasani.
3.
Khilafah Bani Abbas
Kekuasaan dinasti Bani
Abbas atau khilafa Abbasiyah, sebagaimana disebutkan, melanjutkan kekuasaan
dinasti Bani Umayyah. Dimana khilafah Abbasiyah karena para pendiri dan
penguasan dinasti ini adalah keturunan Al-Abbas paman Nabi Muhammad Saw.
Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah Al-Saffah bin Muhammad bin Ali bin
Abdullah bin Al-Abbass. Kekuasaan berlangsung dalam rentang waktu yang panjang,
dari tahun 132 H (750 M) s.d 656 H (1258 M). selama dinasti ini berkuasa, pola
pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik,
sosial, dan budaya. Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik itu,
para sejarawan biasanya membagi masah pemerintahan Bani Abbas menjadi lima
periode:
a.
Periode Pertama
(132 H/750 M – 232 H/847 M), disebut periode pengaruh Persia pertama.
b.
Periode Kedua
(232 H/847 M – 334 H/945 M, disebut masa pengaruh turki pertama.
c.
Periode Ketiga
(334 H/945 M – 447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Buwaih dalam pemerintahan
khalifah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua.
d.
Periode Keempat
(447 H/1055 M – 590 H/1194 M), masa kekuasaan dinasti Bani Seljuk dalam
pemerintahan khalifah Abbasiyah, biasanya disebut juga dengan masa pengaruh
Turki kedua.
e.
Periode Kelima
(590 H/1194 M – 656 H/1258 M), masa khalifa bebas dari pengaruh dinasti lain,
tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Bagdad.
Dalam periode ini
banyak tantangan dan gerakan politik yang menggangu stabilitas, baik dari
kalangan Bani Abbas sendiri maupun dari luar. Gerakan-gerakan itu seperti
geraka sia-sia Bani Umayyah dan kalangan intel Bani Abbas, revolusi al-Khawajir
di Afrika Utara, gerakan Zindik di Persia, gerakan Syi;ah, dan onflik
antarbangsa serta alirang pemikiran keagamaan, semuanya dapat dipadamkan.
Disamping itu, ada pula
ciri-ciri menonjol dinasi Bani Abbas yang tak terdapad di zaman Bani Umayyah.
(1) dengan berpindahnya ibu kota ke Baghdad, pemerintah Bani Abbas menjadi jauh
dari pengaruh Arab. (2) dalam penyelenggaraan Negara, pada masa Bani Abbasa ada
jabatan wasir, yang membawahi kepala-kepala depertemen. (3) ketentaraan
fropesional baru terbentuk pada masa pemerintahaan Bani Abbas.
Dalam bidang
pendidikan, misalnya di alwa Islam, lembaga pendidikan terdiri dari dua tingkat
yaitu:
a.
Maktab/Kuttab
dan masjid.
b.
Tingkat
pendalaman dalam ilmunya.
Pengaruh gerakan terjemahan terlihat dalam
perkembangan ilmu pengetahuan umum, terutama di bidang astronomi, kedokteran,
filsafat, kimia, dan sejarah.
B.
Fase Disintegrasi (1000-1250)
Dari dua belas khalifah pada periode kedua ini,
hanya empat orang yanf wafat dengan wajar, sebaliknya, kalau bukan dibunuh,
mereka diturunkan dari tahta dengan paksa. Wabah khalifah merosok tajam.
Setelah tentara turki itu lemah dengan sendirihnya, di daerah-daerah muncul
tokoh-tokoh kuat, yang kemudian nemerdkakan diri dari kekuasaan pusat,
mendieikan dinasti-dinasti kecil. Inilah permulaan masa disintegrasi dalam
sejarah politik Islam.
1.
Dinasti-Dinasti yang Memerdekakan Diri dari Baghdad
Disintegrasi dalam
bidang politik sebenarnya sudah mulai terjadi di akhir zaman Banu Umayyah. Akan
tetapi, berbicara tentang politik Islam dalam lintas sejarah, akan terlihat
perbedaan antara pemerintahan Bani Umayyah dengan pemerintahan Banu Abbas.
Dinasti-dinasti yang
lahir dan melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad pada masa khilafah Abbasiyah,
di antaranya adalah:
a.
Yang berbangsa
Persia:
1)
Thahiriyyah di
Khurasan, (205-259 H/820-872 M).
2)
Shafariyah di
Fars, (254-290 H/868-901 M).
3)
Samaniyah di
Transoxania, (261-389 H/873-998 M).
4)
Sajiyyah di
Arzebaijan, (266-318 H/878-930 M).
5)
Buwaihiyyah,
bahkan menguasai Baghdad, (320-447 H/932-1055 M).
b.
Yang berbangsa
Turki:
1)
Thuluniyah di
Mesir (254-292 H/837-903 M).
2)
Ihksyidiyah di
Turkistan, (320-560 H/932-1163 M).
3)
Ghaznawiyah si
Afghanistan, (351-585 H/962-1189 M).
4)
Dinasti Seljuk
dan cabang-cabangnya:
a)
Seljuk besar
atau Seljuk Agung ( 429-522H/1037-1127 M).
b)
Seljuk Kirman di
Kirman, (433-583 H/1040-1187 M).
c)
Seljuk Syria
atau Syam di Syria, (487-511 H/1094-1117 M).
d)
Seljuk Rum atau
Asia kecil di Asia Kecil, (470-700 H/1077-1299 M).
c.
Yang berbangsa
Kurdi:
1)
Al-Barzuqani,
(348-406 H/959-1015 M).
2)
Abu Ali,
(380-489 H/990-1095 M).
3)
Ayubiyah,
(564-648 H/1167-1250 M).
d.
Yang berbagsa
Arab:
1)
Idrisiyyah di
Marokko, (172-375 H/788-985 M).
2)
Aghabiyyah di
Tunisia (184-289 H/800-900 M).
3)
Dulafiyah di
Kurdistan, (210-285 H/825-898 M).
4)
Alawiyah di
Tabaristan, (250-316 H/864-928 M).
5)
Hamdaniyah di
Aleppo dan Muashil, (317-394 H/929-1002 M).
6)
Mazyadiyyah di
Hillah, (403-545 H/1011-1150 M).
7)
Ukaliyyah di
Maushil, (386-489 H/996-1095 M).
8)
Mirdasiyyah di
Aleppo, (414-472 H/1023-1079 M).
e.
Yang mengaku
dirinya sebagai khilafah:
1)
Umawiyah di
Spanyol.
2)
Fathimiyah di
Mesir.
Factor-faktor penting yang menyebabkan kemunduran
Bani Abbas pada periode ini, sehingga banyak daerah memerdekakan diri, adalah:
a.
Luasnya wilayah
kekuasaan daulat Abbasiyah sementara komunikasi pusat dengan dengan daerah
sulit dilakukan.
b.
Dengan
pfrofesionalisasi angkatan bersebjata, keberuntungan khalifa kepada mereka
sangat tinggi.
c.
Keuangan Negara
sangat sulit karena biaya yang dikelurkan untuk tentara bayaran sangat besar.
2.
Perebutan Kekuasaan di Pusat Pemerintahan
Factor lain yang
menyebabkan peran politik Bani Abbas menurun adalah perbuatan kekuasaan di
pusat pemerintah. Hal ini sebenarnya juga terjadi pada pemerintahan-pemerintahan Islam sebelumnya.
Tetapi, apa yang terjadi pada pemerintah Abbasiyah bebrbeda dengan yang terjadi
sebelumnya.
Pada masa Alp Arsenal,
ilmu pengetahuan dan agama mulai berkembang dan mengalami kemajuan pada zaman
Sultan Malik-syah yang dibanto oleh perdana mentrinya Nizham Al-Mulk. Perhatian
pemerintah terhadap perkembangan ilmu pengetahuaan melahirkan banyak ilmuwan
Muslim pada masanya. Di antara mereka adalah Al-Zamakhsyari dalam bidan tafsir,
bahasa, dan teologi; Al-Qusyairy dalam bidang tafsir; abu Hamid al-Ghazali
dalam bidang teologi; dan Farid Al-Din Al-’Aththar dan Umar Khayam dalam bidang
sastra.
3.
Perang Salib
Sebagaimana telah disebutkan, peristiwa penting
dalam gerakan ekspansi yang dilakukan oleh Alp Arsenal adalah peristiwa
Manzikart, tahun 646 H (1071 M). tentara Alp Arsenal yang hanya berkekuatan
15.000 prajurit, dalam peristiwa ini berhasil mengalahkan tentara Romawi, Ghuz,
Al-Akraj, Al-Hajr, Prancis, dan Armenia. Peristiwa besar ini menanamkan benih
permusuhan dan kebenciang orang-orang Kristen terhadap umat Islam, yang
kemudian mencetus Perang Salib. Perang ini kemudian dikenal dengan nama perang
salib, yang terjadi dalam tiga periode.
a.
Periode pertama
Pada periode ini Raja Mesir dari dinasti Ayyubiyah
Al- Malik Al-Kamil, membuat perjanjiang dengan Frederick, yang berisi Frederick
bersedia melepaskan Dimyat sementara Al-Malik Al-Kamil melepaskan Palestina.
Dalam perkembangan berikutnya Palestina direbut kembali oleh kaum Muslim tahun
1247 M.
b.
Periode kedua
Imaduddin Zanki, penguasa Moshul, dan Irak, berhasil
menaklukkan kembali Aleppo, Hamimah, dan Edess pada tahun1144 M. Namun, ia
wafat tahun 1146 M. Tugasnya dilanjutkan oleh putranya, Nuruddin Zanki.
Nuruddin berhasil merebut kembali Antiochea pada tahun 1149 M dan pada tahun
1151 M seluruh Edessa dapatdirebut kembali. Jatuhnya Yerussalem ketangan kaum
Muslimin sangat memukul perasaan tentara salib. Mereka pun menyusun rencana
balasan.
c.
Periode ketiga
Tentara Salib pada periode ini dipimpin oleh raja
Jerman, Frederick II. Kali ini mereka berusaha merebut Mesir lebih dahul
sebelum ke Palestina, dengan harapan dapat bantuan dari orang-orang Kristen
Qibthi. Pada tahun 1219 M, mereka berhasil menduduki Dimyat. Pada masa
merekalah Akka dapat direbut kembali oleh kaum Muslimin, tahun 1291 M.
demikianlah, perang salib yang berkobar di Timur. Perang ini tidak berhenti di
Barat, di Spanyol, sampai uamt Islam terusir dari sana.
4.
Sebab-Sebab Kemunduran Pemerintah Bani Abbas
Beakhirnya kekuasaan
dinasti Seljuk atas Baghdad atau Khalifah Abbasiyah merupakan awal dari periode
kelimah. Pada periode ini, khalifa Abbasiyah tidak lagi berada dibawah
kekuasaan suatu dianti tertentu, walaupun banyak sekai dinasti Islam berdiri.
Ada di antaranya yang cukup besar, namun yang terbanyak adalah diansti kecil.
Di samping kelemahan
khalifa, banyak factor lain yang menyebabkan khilafah Abbasiyah menjadi mundur,
masing-masing factor tersebut saling berkaitan satu sama lain. Beberapa di
antaranya adalah sebagai berikut:
a.
Persaingan
antarbangsa
b.
Kemerosotan
ekonomi
c.
Konflik
keagamaan
d.
Ancaman dari
luar
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
Demikianlah kemajuan politik dan kebudayaan yang
pernah dicapai oleh pemerintah islam pada masa klasik, kemajuan yang tidak ada
tandingannya dikalangan itu. Pada masa ini, kemajuan politik berjalan seiring
dengan kemajuan peradaban dan kebudayaan, sehingga islam mencapai masa kemasan,
kejayaan, dan kegemilangan. Masa kemasan ini mencapai puncaknya terutama pada
masa kekusaan bani abbas periode pertama. Namun sayang, setelah periode ini
berakhir, islam mengalami masa kemunduran.